TEORI PRODUKSI DENGAN SATU FAKTOR BERUBAH
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan tingkat
produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut
dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu
modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi
dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat
diubah jumlahnya adalah tenaga kerja.
1. HUKUM HASIL LEBIH YANG SEMAKIN BERKURANG
Hukum hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang
tidak dapat dipisah-pisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan
sifat pokok dari hubungan di antara tingkat produksi dan tenaga kerja yang
digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa apabila
factor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus
ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak
pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi
tambahan akan semakin berkurang dan akibatnya mencapai nilai negatif. Sifat
pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin
lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun.
Dengan demikian pada hakikatnya hukum hasil lebih yang semakin berkurang
menyatakan bahwa hubungan di antara tingkat produksi dan jumlah tenaga kerja
yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu
v Tahap pertama: produksi total mengalami pertambahan yang semakin
cepat.
v Tahap kedua: produksi total pertambahannya semakin lambat.
v Tahap ketiga: produksi total semakin lama semakin berkurang.
Dalam tabel 9.1
dikemukakan suatu gambaran mengenai produksi suatu barang pertanian di atas
sebidang tanah yang tetap jumlahnya, tetapi jumlah tenaga kerjanya
berubah-ubah. Dalam gambaran itu ditunjukkan bahwa produksi total yang
ditunjukkan dalam kolom (3) mengalami pertambahan yang semakin cepat apabila
tenaga kerja ditambah dari 1 menjadi 2, dan 2 menjadi 3. maka dalam keadaan ini
kegiatan memproduksi mencapai tahap
pertama. Dalam tahap ini setiap tambahan tenaga kerja menghasilkan tambahan
produksi yang lebih besar dari yang dicapai pekerja sebelumnya. Dalam analisis
ekonomi keadaan itu dinamakan produksi
marginal pekerja yang semakin bertambah. Data dalam kolom (4) – yaitu data
produksi marginal pada tahap pertama,
menggambarkan keadaan tersebut.
TABEL 9.1
(hubungan jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi)
Tanah
(hektar)
(1)
|
Tenaga
kerja
(orang)
(2)
|
Produksi
total
(unit)
(3)
|
Produksi
marginal
(unit)
(4)
|
Produksi
rata-rata
(unit)
(5)
|
Tahap
(6)
|
1
1
1
|
1
2
3
|
150
400
810
|
150
250
410
|
150
200
270
|
Pertama
|
1
1
1
1
1
|
4
5
6
7
8
|
1080
1290
1440
1505
1520
|
270
210
150
65
15
|
270
258
240
215
180
|
Kedua
|
1
1
|
9
10
|
1440
1300
|
-80
-140
|
160
130
|
Ketiga
|
Apabila tenaga kerja ditambah dari 3 menjadi 4, kemudian 4 menjadi
5, kemudian 5 menjadi 6, dan selanjutnya 6 menjadi 7, produksi total tetap
bertambah; tetapi jumlah pertambahannya semakin lama semakin sedikit. Maka
dalam keadaan ini produksi mencapai tahap kedua, yaitu keadaan dimana produksi marginal semakin berkurang.maksudnya, setiap pertambahan pekerja akan menghasilkan tambahan produksi pekerja
sebelumnya.
Pada tahap ketiga, pertambahan
tenaga kerja tidak akan menambah produksi total, yaitu produksi total
berkurang. Pada waktu tenaga kerja bertambah dari 7 menjadi 8, produksi total
masih mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 15 unit. Akan tetapi satu lagi tenaga
kerja ditambah dari 8 pekerja menjadi 9 pekerja, produksi totalnya menurun.
Produksi total berkurang lebih lanjut apabila tenaga kerja menjadi 10.
2. PRODUKSI TOTAL, PRODUKSI RATA-RATA DAN PRODUKSI
MARGINAL
Kolom (4) menunjukan nilai produksi
marginal, yaitu tambahan produksi
yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja digunakan. Apabila L
adalah pertambahan tenaga kerja, TP
adalah pertambahan produksi total, maka produksi marginal (MP) dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut:
TP
MP= L
Sebagai contoh
perhitungan, perhatikan keadaan yang berlaku apabila tenaga kerja bertambah
dari 4 menjadi 5 orang. Tabel 9.1 menunjukan bahwa produksi bertambah dari 1080
menjadi 1290 (lihat kolom 3), yaitu pertambahan sebanyak 210 (ditunjukan dalam
kolom 4). Maka produksi marginal adalah: 210/1= 210. pada tahap pertama
produksi marginal adalah bertambah besar. Produksi marginal adalah 250 pada
waktu tenaga kerja bertambah dari 1 menjadi 2, dan produksi marginal meningkat
sebanyak 410 apabila pekerja bertambah dari 2 menjadi 3. pada tahap kedua
produksi marginal semakin menurun besarnya. Ini berarti hokum hasi lebih yang
semakin berkurang mulai berlaku mulai semenjak permulaan tahap kedua. Pada
tahap ketiga produksi marginal adalah negatif.
Besarnya produksi rata-rata yaitu produksi yang
secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja, ditujukkan dalam kolom
(5). Apabila produksi total adalah TP, jumlah tenaga kerja adalah L maka
produksi rata-rata (AP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
TP
AP= L
Ketika tenaga
kerja yang digunakan adalah 2 orang, produksi total adalah 400/2= 200.
angka-angka dalam kolom (5) menunjukan bahwa dalam tahap pertama jumlah
produksi rata-rata semakin bertambah besar. Apabila 2 pekerja saja digunakan
seperti telah ditunjukkan di atas, produksi rata-rata hanya 200. produksi
rata-rata mencapai jumlah paling tinggi pada waktu jumlah tenaga kerja adalah 3
dan 4, yaitu pada permulaan tahap kedua (atau pada batas pertama dan tahap
kedua). Jumlah produksi rata-rata yang paling tinggi ini adalah 270. sesudah
tahap ini produksi rata-rata semakin lama semakin kecil jumlahnya.
3. KURVA PRODUKSI TOTAL, PRODUKSI RATA-RATA DAN
PRODUKSI MARGINAL
Hubungan-hubungan yang baru saja diterangkan di atas antara produksi
total,produksi rata-rata,dan produksi marginal dapat digambarkan secara
grafik,yaitu seperti yang di tunjukan gambar 9.1 kurva TP adalah kurva produksi
total.ia menunjukan hubungan antara jumlah produksi dan jumlah tenaga yang
digunakan untuk menghasilkan produksi tersebut.bentuk TP cekung ke atas apabila
tenaga kerja yang digunakan masih sedikit (yaitu apabila tenaga kerja kurang
dari 3). ini berarti tenaga kerja adalah masih kekurangan kalau dibandingkan
dengan faktor produksi lain (dalam contoh produksi lain adalah tanah) yang di
anggap tetap Jumlahnya. dalam keadaan yang seperti itu produksi marginal
bertambah tinggi,dan sifat ini dapat dilihat dalam kurva MP(yaitu kurva produksi marginal) yang menaik.
Setelah menggunakan 4 tenaga kerja, pertambahan tenaga kerja
selanjutnya tidak akan menambah produksi total secepat seperi sebelumnya.
Keadaan ini digambarkan oleh (i) kurva produksi marginal (kurva MP) yang
menurun, dan (ii) kurva produksi total (kurva TP) yang mulai berbentuk cembung
ke atas.
Sebelum tenaga
kerja yang digunakan melebihi 4, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada
produksi rata-rata. Maka kurva produksi rata-rata, yaitu kurva AP, akan
bergerak ke atas atau horizontal. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi
rata-rata bertambah tinggi atau tetap.
Pada waktu 4 tenaga kerja digunakan kurva produksi marginal memotong kurva
produksi rata-rata. Sesudah perpotongan tersebut kurva produksi rata-rata
menurun ke bawah – yang menggambarkan bahwa produksi rata-rata semakin merosot.
Perpotongan di antara kurva MP dan kurva AP menggambarkan permulaan dari tahap
kedua. Pada keadaan ini produksi rata-rata mencapai tingkat yang paling tinggi.
Tahap ketiga dimulai pada waktu 9 tenaga kerja digunakan. Pada tingkat tersebut kurva MP memotong sumbu
datar dan sesudahnya kurva tersebut berada di dalam sumbu datar. Keadaan ini
mengggambarkan bahwa produksi marginal mencapai angka yang negatif. Kurva
produksi total (TP) mulai menurun pada tingkat ini, yang menggambarkan bahwa
produksi total semakin berkurang apabila lebih banyak tenaga kerja digunakan.
Keadaan dalam tahap ketiga ini menunjukan bahwa tenaga kerja yang digunakan
adalah jauh melebihi daripada yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi
tersebut secara efisien
Gambar 9.1
(kurva produksi total, produksi rata-rata dan produksi marginal)
Sadono sukirno,
2002, pengantar teori mikroekonomi, Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada hlm 193-202
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking