BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pengorganisasian adalah keseluruhan
proses orang-orang, alat-alat, tugas-tugas serta wewenang dan tanggung jawab
sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan
sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya.[1]
Ajaran islam adalah ajaran
yang mendorong umatnya untuk melakukan segala sesuatu dengan secara
terorganisasi dengan rapi, sebagaimana yang terdapat dalam surat ash-shaff : 4,
{الحق بلا نظا م يغلبه
الباا طل بنظا م}
Artinya:
"Hak kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi,
bisa dikalahkan oleh kebatilan yang lebih terorganisir dengan rapi.”
Berdasarkan maksud ayat diatas dapat disimpulkan bahwa
pengorganisasian sangatlah urgen, kebatilan dapat mengalahkan suatau kebenaran
yang tidak terorganisir.[2]
Pengorganisaian berarti para manajer
tersebut mengkoordinir sumber daya manusia bahan yang dimiliki organisasi. Istilah
pengorganisasian juga dapat digunakan untuk menunjukkan hal-hal seperti cara
manajemen merancang struktur formal, bagaimana organisasi mengelompokkan
kegiatan-kegiatannya hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, jabatan-jabatan,
tugas-tugas dan para karyawan. Terakhir cara manajer membagi tugas-tugas yang
harus dilakukan oleh bawahannya.[3]
B.
Proses dan
Struktur Pengorganisasian
a.
Proses
pengorganisasian
Proses pengorganisasaian merupakan
proses komunikasai dimana seorang memberi pesan kepada orang lain dan orang
lain itu menerima dan melaksanakan isi dari pesannya seperti halnya manajer
membagi tugas kepada karyawan ,kemudian tugas itu dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya oleh karyawan.
Dari diagram sederhana diatas
menunjukkan :
a. Komunikasi timbul apabila ada suatu pesan yang ingin disampaikan
oleh sumber kepada pihak lain.
b. Agar pesan dapat disampaikan
dengan cara yang paling efektif, sumber pesan harus memutuskan bentuk sarana
dan wahana yang hendak digunakannya
dalam penyampaian pesan tersebut.
c. Oleh penerima pesan dilakukan dekodenisasi, yaitu menerjemahkan isi
pesan tersebut sedemikian rupa sehinnga bentuk aslinya tetap dipertahankan
seperti yang dimaksudkan oleh sumber pesan tersebu.
d. Penerima pesan menyampaikan hasil penerimaannya atas pesan dengan
menggunakan satu sistem umpan balik tertentu yang telah disepakati bersama.[4]
Berikut langkah-langkah proses dalam pengorganisasian:
1.
Pemerincian
pekerjaan
yaitu merinci pekerjaan yang
harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi.
2.
Pembagian
pekerjaan
yaitu membagi beban
pekerjaan kepada anggota dan tugas yang diberikan didasarkan atas kemampuan (skill) para anggota.
3.
Pemisahan
pekerjaan yaitu dimana para anggota
dipisah-pisah dalam bidang pekerjaannya.
4.
Koordinasi
pekerjaan yaitu dibutuhkan koordinir antara atasan kepada bawahan sehingga
pekerjaan dapat teratasi dengan baik dan maksimal.
5.
Monitoring yaitu memantau
pekerjaan untuk mempertahankan dan meningkatkan efektifitas prkerjaan.[5]
b.
Struktur
organisasi
Struktur adalah susunan dan hubungan
antar bagian komponen dan posisi dalam suatu perkumpulan. (Stoner dan Wankell
1986). Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Gibson dan kawan-kawannya mereka
menekankan bahwa struktur bertalian dengan hubungan yang relatif pasti yang
terdapat di antara pekerjaan dan organisasi. Hubungan yang pasti timbul dari
proses keputusan sebagai berikut:
1.
Pembagian kerja
Yaitu
permasalahan yang berhubungan dengan pembagian kerja bertalian dengan sampai seberapa
jauh pekerjaan dispesialisasi.
2.
Departementalisasi
Yaitu proses penggabungan pekerjaan
ke dalam kelompok.
Praktik departementalisasi sering didasarkan
atas kebutuhan sebagai berikut:
a.
Departementalisasi
funsional
b.
Departementalisasi
teritorial
c.
Departementalisasi
produk
d.
Departementalisasi
pelanggan
e.
Departementalisasi
campuran organisasi divisional.
3.
Rentang kendali
Yaitu
permasalahan mengenai berapakah jumlah bawahan yang dapat dikendalikan oleh
seorang manajer.
4.
Delegasi
kekuasaan
Permasalahan
delegasi kekuasaan bertalian dengan keuntungan relatif dari desentralisasi.[6]
C.
Prinsip-prinsip
pengorganisasian
Pengorganisasian dimaksudkan agar masing-masing unit
pengorganisassian menyadari kedudukan fungsi wewenang dan tanggung jawab untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Agar tujuan pengorganisasian dapat tercapai dengan baik, maka perlu
diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.
Setiap unit
harus memiliki kesadaran tinggi dan sanggup menerima tujuan yang telah
ditetapkan, sehingga semua unit dapat mencapai
tujuan bersama itu.
2.
Pembagian dalam
setiap unit harus diatur susuai dengan bidangnya, sehingga antara unit yang
satu dengan unit yang lain dapat membedakan tugasnya masing- masing.
3.
Dalam struktur
organisasi harus memiliki kesatuan perintah untuk menyeimbangkan tugas diantara
unit sebagai dampak adanya wewenang dan tanggung jawab agar mengurangi “span of
control”.
4.
Struktur
organisasi harus sederhana sehingga jalur hubungan kerja nampak jelas.
.
D.
Pembagian Kerja
Sebelumnya sudah dijelaskan dalam
prinsip organisasi diantaranya yaitu pembagian kerja, tiang dasar
pengorganisasian adalah prinsip pembagian kerja. Pembagian kerja merupakan
penjabaran tugas pekerjaan atau dengan kata lain kegiatan dimana tugas
diserahkan oleh seseorang kepada satuan-satuan kerja dalam organisasi yang
jumlah dan strukturnya disesuaikan dengan beban kerja yang harus dipikul.
Perlu diperhatikan pula bahwa mengorganisasi
merupakan pewadahan interaksi antara orang-orang atau antara satuan-satuan
kerja tertentu, sifat dan kecenderungan para anggota organisasi bertindak
dengan cara tertentu tidak bisa diabaikan begitu saja. Artinya, karena para
anggota organisasi berinteraksi satu sama lain, faktor keahlian, kemampuan,
bakat, dan pengalaman orang-orang itu harus dijadikan sebagai salah satu bahan
dalam menentukan cara pembagian tugas dalam organisasi. Tujuan suatu organisasi
adalah untuk mencapai tujuan di mana individu-individu tidak dapat mencapai
sendiri.
Sebagai contoh pembagian kerja dalam
tim sepak bola: di mana ada menejer tim, kepala pelatih, asisten pelatih,
dokter tim penjaga gawang, dan pemain lainnya. Pembagian kerja ini efektif
karena bila hanya komponen kecil dari pekerjaan yang dilaksanakan, kualifikasi
personalia yang rendah digunakan, dan latihan jabatan lebih mudah.
Gerakan-gerakan dan perpindahan percuma dari komponen pekerjaan yang besar
diminimumkan. Lebih dari itu, pembagian kerja mengarahkan penanaman pada
peralatan dan mesin-mesin yang efisien untuk meningkatkan produktifitas. Namun
demikian, beberapa penulis telah menunjukkan adanya konsekuensi-konsekuensi
pada perilaku karyawan sehubungan dengan pembagian kerja, bila hal itu
dilaksanakan secara ekstrim. Ini dapat menimbulkan kebosanan, keletihan,
monoton dan kehilangan motivasi yang dapat menghasilkan ketidak efisienan dan
bukan efisiensi.[7]
[1] Sondang P.
Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2005, Hlm 60
[2] Didin
Hafihuddin, Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, Gema
Insani, Jakarta, 2003,Hlm 100
[3] Hani Handoko,Manajemen,BPFE,Yogyakarta,
2011, Hlm 168
[4] Ibid Hlm 63-64
[5] Agus Sabardi, Manajemen
Pengantar, Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,
Yogyakarta, 2001, Hlm 86-88
[6] Siswanto, Pengantar
Manajemen, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2005, Hlm 85-87
[7] Hani Handoko,Manajemen,BPFE,Yogyakarta,
2011, Hlm 171-172
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking